KEGUNAAN TRANS-TIBIAL PROTHESA BAGI PASIEN DIABETES
MELITUS USIA
30 SAMPAI 50 TAHUN DENGAN AMPUTASI
BAWAH LUTUT DI KLINIK JURUSAN ORTHOTIK DAN PROSTHETIK
Makalah ini diajukan atau disampaikan
di forum ilmiah bidang Bahasa Indonesia
di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Jakarta I
Disusun oleh:
Agung FahmiAnandito
Rullienda Metta
Virginia
Veteresia Pangaribuan
Yuni Herlinda Hutabarat
ORTHOTIK DAN PROSTHETIK
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA I
JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb.
Segala puji bagi Tuhan
yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun
agar pembaca dapat mengetahui Kegunaan
Trans-Tibial Prothesa Bagi Pasien Diabetes Melitus Usia 30 Sampai 50 Tahun Dengan Amputasi Bawah Lutut di Klinik Jurusan
Orthotik dan Prosthetik. Makalah ini memuat tentang,
penjelasan mengenai Trans-Tibial Prothesa yang
mungkin masih sangat awam didengar oleh masyarakat luas sehingga bagaimanaefek
yang dapat dirasakan oleh pasien setelah menggunakan prothesa tersebut.
Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada
guru pembimbing yang telah banyak membantu penyusun
agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semogamakalahinidapatmemberikanwawasan yang lebih luas kepada pembaca. Kami
menyadari bahwa karya tulis ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
kami harapkan.Terimakasih.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Jakarta,
1 Maret 2013
Penulis
KEGUNAAN TRANS-TIBIAL PROTHESA BAGI PASIEN DIABETES
MELITUS USIA
30 SAMPAI 50 TAHUN DENGAN AMPUTASI
BAWAH LUTUT DI KLINIK JURUSAN ORTHOTIK DAN PROSTHETIK
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kebiasaan hidup masyarakat Indonesia sangat mempengaruhi
kondisi kesehatannya. Mulai dari kebiasaan hidup yang tidak sehat seperti
mengkonsumsi makanan cepat saji yang banyak mengandung banyak pengawet sampai
pola hidup masyarakat yang malas untuk berolahraga. Dengan perubahan gaya hidup
tersebut maka tidak jarang berbagai penyakit dapat timbul, salah satunya
Diabetes Mellitus.
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik kronis
yang ditandai oleh kurangnya sekresi insulin
dan/atau peningkatan resistensi seluler terhadap insulin, sehingga kadar darah
gula sederhana (glukosa) meningkat dan dapat menciptakan komplikasi yang
melibatkan kerusakan pada mata, ginjal, sistem saraf dan sistem vaskular. Pada penderita
Diabetes Melitus yang memiliki gangrene, sebaiknya ditindaklanjuti dengan
proses amputasi untuk mencegah pengerusakan jaringan yang utuh.
Amputasi merupakan pembedahan yang
menghilangkan sebagian atau seluruh anggota tubuh bagian ekstremitas. Seringkali
masyarakat merasa takut dan tidak mau untuk diamputasi karena masyarakat
atau klien menggangap hal tersebut sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Padahal
dalam konteks pembedahan,
amputasi bertujuan untuk menyelamatkan hidup.Secara umum, amputasi
merupakan pilihan pembedahan yang terakhir, dimana sedapat mungkin dilakukan prosedur
bedah yang mempertahankan ekstremitas.
Menurut Crenshaw, dalam Vitriana (2002), amputasi pada alat gerak bawah mencapai 85%-90% dari
seluruh amputasi, dimana amputasi bawah
lutut (transtibial amputation) merupakan jenis operasi amputasi yang paling sering dilakukan. Angka kejadian amputasi yang
pasti di indonesia saat ini tidak diketahui,
tapi menurut Vitrania (2002) terjadi 43.000 kasus per tahun dari jumlah penduduk 280.562.489 jiwa
atau sekitar 0,02% sedangkan dalam Raiche et al (2009) disebutkan bahwa terjadi
kasus amputasi sekitar 158.000 per tahun dari jumlah penduduk 307.212.123 atau
sekitar 0,05%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kasus
amputasi, baik secara jumlah, maupun secara persentase dari jumlah penduduk.
Maka penulis mengambil judul “Kegunaan Trans-Tibial
Prothesa Bagi Pasien Diabetes Melitus Usia 30 Sampai 50 Tahun dengan Amputasi
Bawah Lutut di Klinik Jurusan Orthotik dan Prosthetik” karena saat ini kami
sedang mempelajari mengenai Trans-Tibial
Prothesa dengan amputasi dengan tingkat bawah lutut.
2. Identitas Masalah
Penulis mengidentifikasikan masalah tersebut sebagai
berikut,
a. Apa yang dimaksud
dengan Trans-Tibial Prothesa dan apakah berguna bagipenderita Diabetes Melitus
yang telah diamputasi?
b.
Kapan penderita
Diabetes Melitus mengalami amputasi?
c.
Di mana
penderita amputasi yang disebabkan Diabetes Melitus mendapatkan prothesa?
d.
Mengapa
penderita Diabetes Melitus ada yang diamputasi?
e.
Siapa saja yang
berpeluang memiliki faktor resiko terbesar terkena Diabetes Melitus?
f.
Bagaimana efek
penggunaan Trans-Tibial Prothesa bagi pasien yang menderita Diabetes Melitus
yang diamputasi di bawah lutut?
3. Rumusan Masalah
Dari indentifikasi masalah di atas, penulis akan
merumuskan masalah Trans-Tibal Prothesa sebagai salah satu faktor amputasi yang
mungkin terjadi bagi pasien Diabetes Mellitus dengan tingkat amputasi bawah
lutut dan memungkinkan untuk membantu penderita dalam melakukan kegiatan sehari
– harinya serta dapat meningkatkan mobilitas penderita.
4. Tujuan Penulisan
a.
Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
memperleh gambaran secara nyata mengenai kegunaan Trans-Tibial Prothesa bagi
penderita Diabetes mellitus yang mengalami
amputasi bawah lutut serta membantu
meningkatkan mobilitas yang telah hilang karena amputasi.
b.
Tujuan Khusus
Diperoleh pengetahuan tentang penggunaan Trans-Tibial
Prothesa bagi pasien Diabetes Mellitus yang mengalami amputasi bawah lutut.
5.
Metedologi Penulisan
Hanya ada satu metedologi yaitu objektif praktis,
yaitu metedologi yang apabila
dikembalikan pada sumber aslinya ada ditengah
masyarakat.
6. Sistematika Penulisan
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Identifikasikan Masalah
3. Rumusan Masalah
4. Tujuan Penulisan
5. Metedologi Penulisan
6. Sistematika Penulisan
B. Kegunaan Trans-Tibial Prothesa Bagi Pasien Diabetes Melitus Usia 30 sampai 50 Tahun Dengan Amputasi Bawah Lutut di Klinik Jurusan
Orthotik dan Prosthetik
C.
Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran
B. Kegunaan Trans-Tibial Prothesa Bagi Pasien Diabetes
Melitus Usia 30 Sampai 50 Tahun Dengan Tingkat Amputasi Bawah Lutut di Klinik
Jurusan Orthotik dan Prosthetik
1.
Pengertian Kegunaan
Trans-Tibial Prothesa Bagi Pasien Diabetes Melitus Usia 30 sampai 50
Tahun Dengan Amputasi Bawah Lutut di Klinik Jurusan
Orthotik dan Prosthetik
a.
Kegunaan (ke.gu.na.an) adalah faedah, manfaat
b.
Trans-Tibial
dapat diartikan sebagai amputasi baah lutut
c. Protesa (pro.te.sa) dapat diartikan sebagai alat pengganti
anggota gerak yang berfungsi sebagai pengganti anggota gerak yang hilang baik
dikarenakan oleh amputasi atau dikarenakan suatu penyakit
d. Bagi (ba.gi) adalah kata depan untuk menyatakan tujuan, untuk, kata depan untuk menyatakan perihal, akan (hal), tentang (hal)
e. Pasien
(pa.si.en) adalah orang sakit (yang dirawat dokter), penderita (sakit)
f. Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik
kronis yang ditandai oleh kurangnya sekresi insulin
dan/atau peningkatan resistensi seluler terhadap insulin, sehingga kadar darah
gula sederhana (glukosa)
meningkat dan dapat menciptakan komplikasi yang melibatkan kerusakan pada mata,
ginjal, sistem saraf
dan sistem vaskular.
g.
Usia
(u.sia) adalah umur
h. 30
menyatakan banyak, angka.
i. Sampai
(sam.pai) adalah mencapai; datang; tiba; berbatas; terlaksana
(tt cita-cita, harapan, niat, dsb); cukup; lebih
dari; hingga; mencapai tujuan
j. 50
menyatakan banyak, angka
k.
Tahun
(ta.hun) adalah masa yg lamanya dua
belas bulan; musim (dl arti masa selama tanaman atau tumbuh-tumbuhan
hidup)
l.
Dengan
(de.ngan) adalah beserta, dan, memakai, kata
penghubung menyatakan hubungan kata kerja dng pelengkap atau
keterangannya, ) kata penghubung untuk menerangkan cara (bagaimana
terjadinya atau berlakunya).
m.
Tingkat (ting.kat) adalah susunan
yg berlapis-lapis atau berlenggek - lenggek
seperti lenggek rumah, tumpuan pd tangga
(jenjang);
tinggi rendah martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban, dsb); pangkat;
derajat; taraf; kelas: duta besar sama; batas waktu (masa).
n.
Amputasi (am.pu.ta.si) adalah pemotongan (anggota badan),
terutama kaki dan tangan, untuk menyelamatkan jiwa seseorang
o.
Bawah (ba.wah) adalah tempat (letak, sisi, bagian, arah)
yg lebih rendah
p.
Lutut (lu.tut) adalah (bagian kaki) pertemuan
antara paha dan betis yg menjadi tempat sendi agar kaki bisa dilekukkan
q.
Di adalah kata depan untuk menandai tempat, cak
kata depan untuk menandai waktu, akan, kepada, dari
r.
Klinik (kli.nik) adalah (bagian) rumah sakit atau lembaga
kesehatan tempat orang berobat dan memperoleh advis medis serta tempat
mahasiswa kedokteran melakukan pengamatan terhadap kasus
penyakit yg diderita para pasien; balai pengobatan khusus; organisasi kesehatan
yg bergerak dalam penyediaan pelayanan kesehatan kuratif (diagnosis dan
pengobatan), biasanya terhadap satu macam gangguan kesehatan
s.
Jurusan
(ju.rus.an) adalah arah; tuju(an); bagian
(pengkajian ilmu); bagian dari suatu
fakultas atau sekolah tinggi yg bertanggung jawab untuk mengelola dan
mengembangkan suatu bidang studi.
t.
Ortotik (or.to.tik) adalah ilmu teknik dalam
bidang medis yang mempelajari tentang pengukuran, pembuatan, dan pemasangan
alat penguat anggota gerak tubuh yang layuh
u.
Dan adalah penghubung
satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe yg
sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda
v.
Prostetik (pros.te.tik) adalah ilmu
teknik dalam bidang medis yang mempelajari tentang pengukuran, pembuatan, dan
pemasangan alat pengganti anggota gerak tubuh yang hilang
2. Rumusan
Masalah
a.
Uraian Judul dari Buku
Semua sel dalam tubuh
manusia membutuhkan gula agar dapat bekerja dengan normal. Gula dapat masuk ke
dalam sel-sel tubuh dengan bantuan hormon insulin. Jika jumlah insulin dalam
tubuh tidak cukup, atau jika sel-sel tubuh tidak memberikan respon terhadap
insulin (resisten terhadap insulin), maka akan terjadi penumpukan gula di dalam
darah. Hal inilah yang terjadi pada pasien diabetes melitus.
Diabetes
mellitus, atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing
manis, adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh:
·
Ketidakmampuan
organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup, atau
·
Tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang telah dihasilkan oleh pankreas secara efektif, atau
·
Gabungan dari
kedua hal tersebut.
Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan terjadi
peningkatan kadar glukosa (gula) darah yang disebut hiperglikemia. Hiperglikemia
yang berlangsung dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan serius pada sistem
tubuh kita, terutama pada saraf dan pembuluh darah. Oleh karena itu, sangatlah
penting untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah pasien diabetes mellitus. Diabetes mellitus
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
·
Diabetes melitus tipe 1, yakni diabetes mellitus
yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin oleh pankreas.
·
Diabetes melitus tipe 2, yang
disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga penggunaan insulin oleh tubuh
menjadi tidak efektif.
·
Diabetes
gestasional, adalah hiperglikemia yang pertama kali ditemukan saat kehamilan.
Pada awalnya, pasien sering kali tidak menyadari bahwa
dirinya mengidap diabetes melitus, bahkan sampai bertahun-tahun kemudian.
Namun, harus dicurigai adanya DM jika seseorang mengalami keluhan klasik DM
berupa:
·
Polidipsia (rasa
haus sehingga jadi banyak minum)
· Polifagia (banyak
makan karena perasaan lapar terus-
menerus)
menerus)
· Penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya
sebabnya
Jika keluhan di atas dialami oleh seseorang, untuk memperkuat
diagnosis dapat diperiksa keluhan
tambahan DM berupa:
·
Lemas, mudah
lelah, kesemutan, gatal
·
Penglihatan kabur
·
Penyembuhan luka
yang buruk
·
Disfungsi ereksi
pada pasien pria
·
Gatal pada
kelamin pasien wanita
Diagnosis DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa
pada urin saja. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari pembuluh darah
vena. Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat
dilakukan dengan memeriksa kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer.
Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria
di bawah ini:
·
Mengalami
gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL
·
Mengalami
gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL
·
Kadar
gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200 mg/dL
·
Pemeriksaan
HbA1C ≥ 6.5%
b. Pemahaman Glukosa
·
Glukosa
plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir pasien.
·
Puasa
artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.
·
TTGO
adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa khusus
untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan dilakukan pemeriksaan kadar
glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah meminum
larutan tersebut. Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan.
Jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai
normal tetapi tidak masuk ke dalam kriteria DM, maka dia termasuk dalam
kategori prediabetes. Yang termasuk ke dalamnya adalah
·
Glukosa
Darah Puasa Terganggu (GDPT), yang ditegakkan bila hasil pemeriksaan glukosa
plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL dan kadar glukosa plasma 2
jam setelah meminum larutan glukosa TTGO < 140 mg/dL
·
Toleransi
Glukosa Terganggu (TGT), yang ditegakkan bila kadar glukosa plasma 2 jam
setelah meminum larutan glukosa TTGO antara 140 – 199 mg/dL
Diabetes Mellitus antara lain berupa penyempitan dan
penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama). Sering terjadi pada tungkai
bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai
menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi
nekrosis/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan/tindakan
amputasi. Tanda-tanda dan gejala-gejala akibat penurunan aliran darah ke
tungkai meliputi klaudikasi, nyeri yang terjadi pada telapak atau kaki depan
pada saat istirahat atau di malam hari, tidak ada denyut popliteal atau denyut
tibial superior, kulit menipis atau berkilat, atrofi jaringan lemak subkutan
,tidak ada rambut pada tungkai dan kaki bawah, penebalan kuku, kemerahan pada
area yang terkena ketika tungkai diam, atau berjuntai, dan pucat ketika kaki
diangkat.
Penderita Diabtes Melitus

C.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bahwa penderita Diabetes Melitus yang telah mengalami
amputasi bawa lutut, sebaiknya
memiliki dan menggunakan trans tibial prothesa
sebagai salah satu alat pendukung
mobilitas yang telah hilang.
2. Saran
Diharapkan perluasan pembahasan tentang karya ilmiah ini
mempengaruhi tingkat
efektifitas Trans-Tibial Prothesa untuk peningkatan alat
gerak ekstrimitas bawah. Yang
sebaiknya digunakan penderita Diabetes Melitus
yang telah diamputasi.
DAFTAR
PUSTAKA
http://kamusbahasaindonesia.org/diabetes
http://kamusbahasaindonesia.org/tingkat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar