Rabu, 26 Februari 2014

MAKALAH OP



KEGUNAAN TRANS-TIBIAL PROTHESA BAGI PASIEN DIABETES MELITUS USIA 30 SAMPAI 50 TAHUN DENGAN AMPUTASI BAWAH LUTUT DI KLINIK JURUSAN ORTHOTIK DAN PROSTHETIK

Makalah ini diajukan atau disampaikan di forum ilmiah bidang Bahasa Indonesia di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta I


Disusun oleh:
Agung FahmiAnandito
Rullienda Metta Virginia
Veteresia Pangaribuan
Yuni Herlinda Hutabarat


ORTHOTIK DAN PROSTHETIK
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA I
JAKARTA
2013

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb.
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui Kegunaan Trans-Tibial Prothesa Bagi Pasien Diabetes Melitus Usia 30 Sampai 50 Tahun Dengan Amputasi Bawah Lutut di Klinik Jurusan Orthotik dan Prosthetik. Makalah ini memuat tentang, penjelasan mengenai Trans-Tibial Prothesa yang mungkin masih sangat awam didengar oleh masyarakat luas sehingga bagaimanaefek yang dapat dirasakan oleh pasien setelah menggunakan prothesa tersebut.
Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada guru pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semogamakalahinidapatmemberikanwawasan yang lebih luas kepada pembaca. Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan.Terimakasih.
Wassalamualaikum.Wr.Wb


Jakarta, 1 Maret 2013

              Penulis


KEGUNAAN TRANS-TIBIAL PROTHESA BAGI PASIEN DIABETES MELITUS USIA 30 SAMPAI 50 TAHUN DENGAN AMPUTASI BAWAH LUTUT DI KLINIK JURUSAN ORTHOTIK DAN PROSTHETIK

A.    Pendahuluan

1.   Latar Belakang
Kebiasaan hidup masyarakat Indonesia sangat mempengaruhi kondisi kesehatannya. Mulai dari kebiasaan hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan cepat saji yang banyak mengandung banyak pengawet sampai pola hidup masyarakat yang malas untuk berolahraga. Dengan perubahan gaya hidup tersebut maka tidak jarang berbagai penyakit dapat timbul, salah satunya Diabetes Mellitus.
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik kronis yang ditandai oleh kurangnya sekresi insulin dan/atau peningkatan resistensi seluler terhadap insulin, sehingga kadar darah gula sederhana (glukosa) meningkat dan dapat menciptakan komplikasi yang melibatkan kerusakan pada mata, ginjal, sistem saraf dan sistem vaskular. Pada penderita Diabetes Melitus yang memiliki gangrene, sebaiknya ditindaklanjuti dengan proses amputasi untuk mencegah pengerusakan jaringan yang utuh.
Amputasi merupakan pembedahan yang menghilangkan sebagian atau seluruh anggota tubuh bagian ekstremitas. Seringkali masyarakat merasa takut dan tidak mau untuk diamputasi karena masyarakat atau klien menggangap hal tersebut sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Padahal dalam konteks pembedahan, amputasi bertujuan untuk menyelamatkan hidup.Secara umum, amputasi merupakan pilihan pembedahan yang terakhir, dimana sedapat mungkin dilakukan prosedur bedah yang mempertahankan ekstremitas.
Menurut Crenshaw, dalam Vitriana (2002), amputasi pada alat gerak bawah mencapai 85%-90% dari seluruh amputasi, dimana amputasi bawah lutut (transtibial amputation) merupakan jenis operasi amputasi yang paling sering dilakukan. Angka kejadian amputasi yang pasti di indonesia saat ini tidak diketahui, tapi menurut Vitrania (2002) terjadi 43.000 kasus per tahun dari jumlah penduduk 280.562.489 jiwa atau sekitar 0,02% sedangkan dalam Raiche et al (2009) disebutkan bahwa terjadi kasus amputasi sekitar 158.000 per tahun dari jumlah penduduk 307.212.123 atau sekitar 0,05%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kasus amputasi, baik secara jumlah, maupun secara persentase dari jumlah penduduk.
Maka penulis mengambil judul “Kegunaan Trans-Tibial Prothesa Bagi Pasien Diabetes Melitus Usia 30 Sampai 50 Tahun dengan Amputasi Bawah Lutut di Klinik Jurusan Orthotik dan Prosthetik” karena saat ini kami sedang mempelajari mengenai Trans-Tibial Prothesa dengan amputasi dengan tingkat bawah lutut.

  
2.   Identitas Masalah
Penulis mengidentifikasikan masalah tersebut sebagai berikut,
a.  Apa yang dimaksud dengan Trans-Tibial Prothesa dan apakah berguna bagipenderita Diabetes Melitus yang telah diamputasi?
b.      Kapan penderita Diabetes Melitus mengalami amputasi?
c.       Di mana penderita amputasi yang disebabkan Diabetes Melitus mendapatkan prothesa?
d.      Mengapa penderita Diabetes Melitus ada yang diamputasi?
e.       Siapa saja yang berpeluang memiliki faktor resiko terbesar terkena Diabetes Melitus?
f.       Bagaimana efek penggunaan Trans-Tibial Prothesa bagi pasien yang menderita Diabetes Melitus yang diamputasi di bawah lutut?

3.    Rumusan Masalah
Dari indentifikasi masalah di atas, penulis akan merumuskan masalah Trans-Tibal Prothesa sebagai salah satu faktor amputasi yang mungkin terjadi bagi pasien Diabetes Mellitus dengan tingkat amputasi bawah lutut dan memungkinkan untuk membantu penderita dalam melakukan kegiatan sehari – harinya serta dapat meningkatkan mobilitas penderita.

4.   Tujuan Penulisan
a.       Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memperleh gambaran secara nyata mengenai kegunaan Trans-Tibial Prothesa bagi penderita Diabetes mellitus yang mengalami amputasi bawah lutut serta membantu  meningkatkan mobilitas yang telah hilang karena amputasi.
b.      Tujuan Khusus
Diperoleh pengetahuan tentang penggunaan Trans-Tibial Prothesa bagi pasien Diabetes Mellitus yang mengalami amputasi bawah lutut.

5.   Metedologi Penulisan
Hanya ada satu metedologi yaitu objektif praktis, yaitu metedologi yang apabila 
dikembalikan  pada sumber aslinya ada ditengah masyarakat.

6.    Sistematika Penulisan
A.       Pendahuluan
1.   Latar Belakang
2.   Identifikasikan Masalah
3.   Rumusan Masalah
4.   Tujuan Penulisan
5.   Metedologi Penulisan
6.   Sistematika Penulisan
B.   Kegunaan Trans-Tibial Prothesa Bagi Pasien Diabetes Melitus Usia 30 sampai 50 Tahun Dengan Amputasi Bawah Lutut di Klinik Jurusan Orthotik dan Prosthetik

C.       Penutup
1.      Kesimpulan
2.      Saran


B.  Kegunaan Trans-Tibial Prothesa Bagi Pasien Diabetes Melitus Usia 30 Sampai 50 Tahun Dengan Tingkat Amputasi Bawah Lutut di Klinik Jurusan Orthotik dan Prosthetik
           1.    Pengertian Kegunaan Trans-Tibial Prothesa Bagi Pasien Diabetes Melitus Usia 30 sampai 50  
                Tahun Dengan Amputasi Bawah Lutut di Klinik Jurusan Orthotik dan Prosthetik
a.          Kegunaan (ke.gu.na.an) adalah faedah, manfaat
b.         Trans-Tibial dapat diartikan sebagai amputasi baah lutut
c.     Protesa (pro.te.sa) dapat diartikan sebagai alat pengganti anggota gerak yang berfungsi sebagai pengganti anggota gerak yang hilang baik dikarenakan oleh amputasi atau dikarenakan suatu penyakit
d.   Bagi (ba.gi) adalah  kata depan untuk menyatakan tujuan, untuk,  kata depan untuk menyatakan perihal,  akan (hal),  tentang (hal)
e.        Pasien (pa.si.en) adalah orang sakit (yang dirawat dokter), penderita (sakit)
f.       Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik kronis yang ditandai oleh kurangnya sekresi insulin dan/atau peningkatan resistensi seluler terhadap insulin, sehingga kadar darah gula sederhana (glukosa) meningkat dan dapat menciptakan komplikasi yang melibatkan kerusakan pada mata, ginjal, sistem saraf dan sistem vaskular.
g.         Usia (u.sia) adalah umur
h.       30 menyatakan banyak, angka.
i.       Sampai (sam.pai) adalah mencapai; datang; tiba; berbatas; terlaksana (tt cita-cita, harapan, niat, dsb); cukup; lebih dari; hingga; mencapai tujuan
j.       50 menyatakan banyak, angka
k.         Tahun (ta.hun) adalah masa yg lamanya dua belas bulan; musim (dl arti masa selama tanaman atau tumbuh-tumbuhan hidup)
l.           Dengan (de.ngan) adalah beserta, dan, memakai, kata penghubung menyatakan hubungan kata kerja dng pelengkap atau keterangannya, ) kata penghubung untuk menerangkan cara (bagaimana terjadinya atau berlakunya).
m.       Tingkat (ting.kat) adalah susunan yg berlapis-lapis atau berlenggek - lenggek seperti lenggek rumah, tumpuan pd tangga (jenjang); tinggi rendah martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban, dsb); pangkat; derajat; taraf; kelas: duta besar sama; batas waktu (masa).
n.         Amputasi (am.pu.ta.si) adalah pemotongan (anggota badan), terutama kaki dan tangan, untuk menyelamatkan jiwa seseorang
o.         Bawah (ba.wah) adalah  tempat (letak, sisi, bagian, arah) yg lebih rendah
p.         Lutut (lu.tut) adalah (bagian kaki) pertemuan antara paha dan betis yg menjadi tempat sendi agar kaki bisa dilekukkan
q.         Di adalah kata depan untuk menandai tempat, cak kata depan untuk menandai waktu, akan, kepada, dari
r.           Klinik (kli.nik) adalah (bagian) rumah sakit atau lembaga kesehatan tempat orang berobat dan memperoleh advis medis serta tempat mahasiswa kedokteran melakukan pengamatan terhadap kasus penyakit yg diderita para pasien; balai pengobatan khusus; organisasi kesehatan yg bergerak dalam penyediaan pelayanan kesehatan kuratif (diagnosis dan pengobatan), biasanya terhadap satu macam gangguan kesehatan
s.          Jurusan (ju.rus.an) adalah arah; tuju(an); bagian (pengkajian ilmu); bagian dari suatu fakultas atau sekolah tinggi yg bertanggung jawab untuk mengelola dan mengembangkan suatu bidang studi.
t.           Ortotik (or.to.tik) adalah ilmu teknik dalam bidang medis yang mempelajari tentang pengukuran, pembuatan, dan pemasangan alat penguat anggota gerak tubuh yang layuh
u.         Dan adalah penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda
v.         Prostetik (pros.te.tik) adalah ilmu teknik dalam bidang medis yang mempelajari tentang pengukuran, pembuatan, dan pemasangan alat pengganti anggota gerak tubuh yang hilang

            2.   Rumusan Masalah
a.          Uraian Judul dari Buku
Semua sel dalam tubuh manusia membutuhkan gula agar dapat bekerja dengan normal. Gula dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh dengan bantuan hormon insulin. Jika jumlah insulin dalam tubuh tidak cukup, atau jika sel-sel tubuh tidak memberikan respon terhadap insulin (resisten terhadap insulin), maka akan terjadi penumpukan gula di dalam darah. Hal inilah yang terjadi pada pasien diabetes melitus.
Diabetes mellitus, atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis, adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh:
·      Ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup, atau
·      Tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan oleh pankreas secara efektif, atau
·      Gabungan dari kedua hal tersebut.
Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan terjadi peningkatan kadar glukosa (gula) darah yang disebut hiperglikemia. Hiperglikemia yang berlangsung dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan serius pada sistem tubuh kita, terutama pada saraf dan pembuluh darah. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah pasien diabetes mellitus. Diabetes mellitus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
·      Diabetes melitus tipe 1, yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin oleh pankreas.
·      Diabetes melitus tipe 2, yang disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga penggunaan insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif.
·      Diabetes gestasional, adalah hiperglikemia yang pertama kali ditemukan saat kehamilan.
Pada awalnya, pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap diabetes melitus, bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Namun, harus dicurigai adanya DM jika seseorang mengalami keluhan klasik DM berupa:
·                                      

                       Poliuria (banyak berkemih) 
·                                       Polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)
·                                     Polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-
                       menerus)
·                                     Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan 
                       sebabnya
Jika keluhan di atas dialami oleh seseorang,     untuk memperkuat diagnosis dapat diperiksa keluhan tambahan DM berupa:
·                                       Lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal
·                                       Penglihatan kabur
·                                       Penyembuhan luka yang buruk
·                                       Disfungsi ereksi pada pasien pria
·                                       Gatal pada kelamin pasien wanita
Diagnosis DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa pada urin saja. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari pembuluh darah vena. Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat dilakukan dengan memeriksa kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer. Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di bawah ini:
·      Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu  ≥200 mg/dL
·      Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa  ≥126 mg/dL
·      Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200 mg/dL
·      Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%
b.         Pemahaman Glukosa
·      Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir pasien.
·      Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.
·      TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa khusus untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah meminum larutan tersebut. Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan.
Jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai normal tetapi tidak masuk ke dalam kriteria DM, maka dia termasuk dalam kategori prediabetes. Yang termasuk ke dalamnya adalah
·      Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT), yang ditegakkan bila hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL dan  kadar glukosa plasma 2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO < 140 mg/dL
·      Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yang ditegakkan bila kadar glukosa plasma 2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO antara 140 – 199 mg/dL
Diabetes Mellitus antara lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama). Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosis/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan/tindakan amputasi. Tanda-tanda dan gejala-gejala akibat penurunan aliran darah ke tungkai meliputi klaudikasi, nyeri yang terjadi pada telapak atau kaki depan pada saat istirahat atau di malam hari, tidak ada denyut popliteal atau denyut tibial superior, kulit menipis atau berkilat, atrofi jaringan lemak subkutan ,tidak ada rambut pada tungkai dan kaki bawah, penebalan kuku, kemerahan pada area yang terkena ketika tungkai diam, atau berjuntai, dan pucat ketika kaki diangkat.

Penderita Diabtes Melitus akan mengalami infeksi akibat munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk berkembanguya bakteri patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi. Banyak pasien yang harus diamputasi karena mereka tinggal di wilayah yang tak memungkinkan untuk perawatan cepat dan layak untuk menangani luka dan infeksi pada kaki pasien diabetes.


C.     PENUTUP
1.           Kesimpulan
Bahwa penderita Diabetes Melitus yang telah mengalami amputasi bawa lutut, sebaiknya   
memiliki dan menggunakan trans tibial prothesa sebagai salah satu alat pendukung 
mobilitas yang telah hilang.

2.           Saran
Diharapkan perluasan pembahasan tentang karya ilmiah ini mempengaruhi tingkat 
efektifitas Trans-Tibial Prothesa untuk peningkatan alat gerak ekstrimitas bawah. Yang     
sebaiknya digunakan penderita Diabetes Melitus yang telah diamputasi.



DAFTAR PUSTAKA

http://kamusbahasaindonesia.org/diabetes
http://kamusbahasaindonesia.org/tingkat

Tidak ada komentar: