Kamis, 27 Februari 2014

CONTOH KTI KEBIDANAN


PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DMPA DENGAN CARA MENJELASKAN EFEK SAMPING DMPA PADA IBU HAMIL
DI RB FATMAWATI


Oleh :
RIZKY NURUL AZIZAH




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA 1
2013/2014



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “BAHASA INDONESIA”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Drs. Parmono, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                                      Jakarta,  September 2013
Penulis 


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB  I   PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2  Perumusan Masalah
1.3  Tujuan Penelitian
1.4  Manfaat Penelitian

BAB II   PEMBAHASAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DMPA DENGAN CARA MENJELASKAN EFEK SAMPING DMPA PADA IBU HAMIL DI RUMAH BERSALIN FATMAWATI
2.1 Pengertian Kontrasepsi
2.2 Macam-macam Kontrasepsi
2.3 Kontrasepsi Suntikan
2.4 Efek Samping
2.5 Tanda-tanda yang Harus Diwaspadai
2.6 Waktu Pemberian Suntikan DMPA

BAB III PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
3. 2 Saran

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
  
1.1    Latar Belakang

Keluarga berencana adalah  tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindarkan kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan dalam jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008). KB mempunyai peranan dalam  menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan melalui pendewasan usia hamil, menjarangkan kehamilan atau membatasi kehamilan bila anak dianggap cukup. Setiap wanita berhak memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap metode KB yang mereka pilih efektif, aman, terjangkau dan juga metode-metode pengendalian kehamilan yang tidak bertentangan dengan hukum dan  perundang-undangan yang berlaku (Pinem, 2009).
Metode kontrasepsi teridiri dari berbagai macam  metode. Semua metode kontrasepsi mempunyai efek samping (akibat pemakaian KB, bukan  gejala  suatu penyakit), yang harus diketahui oleh pemakai (akseptor) sebelum memakainya. Sebagian besar para pasangan usia subur di Indonesia menggunakan kontrasepsi suntik (Suzzane, 2009).
                        World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa jumlah pengguna kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 4.000.000 orang. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan  Indonesia (SDKI) tahun 2010 terdapat kecenderungan peningkatan jumlah pemakai kontrasepsi jenis injeksi dari 11,7% pada tahun 2008, pada tahun 2009 menjadi 15,2%, dan 21,1% pada tahun 2010, kemudian tahun 2011 meningkat menjadi 27,8%. Metode kotrasepsi jenis injeksi merupakan kontrasepsi yang paling banyak digunakan di Indonesia (Surbakti, 2003). Di Jakarta, para akseptor KB aktif sekitar 85,5% di mana diantaranya 40,69% pengguna kontrasepsi suntik di mana di antaranya pengguna kontrasepsi suntik sebanyak 30,23% Sedangkan di Propinsi Sumatara Utara pencapaian tersebut didapatkan penggunaan suntik 417.856 peserta atau sekitar (30,86%) (BKKBN, 2009).

Kontrasepsi suntik yang lebih banyak dipilih adalah Depo Provera atau suntikan 3 bulan (Rifayani, 2004). Depo Provera merupakan suspensi cair yang mengandung kristal depot medroksiprogesteron asetat (DMPA). DMPA merupakan suatu progestin yang mekanisme kerjanya betujuan untuk menghambat sekresi hormon pemicu folikel (FSH) dan LH serta lonjakan LH. Masalah yang sering muncul saat penggunaan suntikan Depo Provera dimulai dari perdarahan yang tidak teratur dan tidak terprediksi serta bercak darah yang berlangsung selama tujuh hari atau lebih atau perdarahan hebat selama beberapa bulan penggunaan Depo Provera. (Varney, 2006)
Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan kaum ibu yaitu KB suntik. Ini di sebabkan karena aman, efektif, sederhana dan murah. Cara ini mulai di sukai masyarakat kita dan di perkirakan  setengah juta pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah  kehamilan. Namun demikian KB suntik juga mempunyai banyak efek samping, seperti amenorea (30%), spotting (35%) (bercak darah) dan menoragia, seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal lainnya dan dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala (<1-17%) (pusing), galaktorea (90%), perubahan berat badan (7-9%) (Hartanto dkk, 2005).
Mengingat metode kontrasepsi suntik merupakan salah satu cara KB yang efektif, terpilih dan banyak jumlah penggunanya, namun masih banyak juga didapatkan akseptor kontrasepasi suntik yang mengalami efek samping sehingga para akseptor mengalami kekhawatiran, kecemasan yang berlebihan. Sebaiknya sebelum menggunakan  kontrasepsi suntik,  satu bulan  akseptor harus mengetahui dan memahami tentang efek samping yang ditimbulkannya sehingga tidak menimbulkan drop out bagi akseptor kontrasepsi suntik.
Berdasarkan  latar belakang di atas penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan  judul Pengetahuan Akseptor Suntik Tentang Efek Samping Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA) di Rumah Bersalin Fatmawati tahun 2013.

1.2    Perumusan Masalah
Berdasarkan  latar belakang diatas penulis merumuskan masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah Pengetahuan Akseptor Suntik Tentang Efek Samping Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA) di Rumah Bersalin Fatmawati tahun 2013.

1.3    Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengetahuan Akseptor suntik tentang efek samping Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA) di Rumah Bersalin Fatmawati tahun 2013.
1.3.2    Tujuan Khusus
1.  Untuk mengetahui pengetahuan akseptor suntik tentang gangguan haid sebagai efek samping dari Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA).
2.   Untuk mengetahui pengetahuan akseptor suntik tentang perubahan berat badan sebagai efek samping dari Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA).
3.   Untuk mengetahui pengetahuan akseptor suntik tentang sakit kepala sebagai efek samping dari Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA).
4.   Untuk mengetahui pengetahuan akseptor suntik tentang keputihan sebagai efek samping dari Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA).

1.4    Manfaat Penelitian
1.      Bagi akseptor
Sebagai informasi data bagi akseptor suntik tentang efek samping yang ditimbulkan  saat  memakai kontrasepsi tersebut sehingga akseptor dapat melakukan penanganan ketika menghadapi efek samping tersebut.


2.    Bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan dalam mengetahui efek samping dalam penggunaan kontrasepsi suntik dan menambah wawasan, serta pengalaman penulis untuk mengaplikasikan  pendidikan yang telah di dapat selama mengikuti pembelajaran mengenai KB.

3.      Bagi Institusi
Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dalam bidang KB dan referensi bagi peneliti berikutnya.


BAB II
PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DMPA DENGAN CARA MENJELASKAN EFEK SAMPING DMPA PADA IBU HAMIL DI RUMAH BERSALIN FATMAWATI.

2.1  Pengertian Kontrasepsi
Pengertian kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi berupa salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Syarat dan kontrasepsi adalah aman pemakaiannya dan dapat dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, lama kerjanya dapat diatur sesuai keinginan, tidak mengganggu hubungan persetubuhan, tidak memerlukan kontrol yang tepat, sederhana dan murah dan dapat diterima oleh pasangan suami istri (Mochtar, 1998).

2.2  Macam - macam kontrasepsi
Ada dua jenis metoda kontrasepsi yaitu metoda cara kontrasepsi sederhana dan cara modern.
  1. Cara Metode Kontrasepsi Sederhana. Maksudnya adalah cara mencegah kehamilan dengan alat dan juga bisa tanpa alat. Tanpa alat ini bisa dilakukan dengan cara senggama terputus dan juga sistem kalender. Sedangkan bila menggunakan alat bisa dilakukan dengan kondom, cream atau jelly.
  2. Cara Metoda Modern/ Metode Efektif. Cara ini pun dibedakan dengan cara yang permanen atau pun tidak permanen. Alat kontrasepsi permanen adalah dengan jalan operasi steril baik pada laki-laki atau pun wanita. Kontrasepsi permanen laki-laki disebut dengan vasektomi (sterilisasi pada pria) dan pada wanita disebut dengan tubektomi (sterilisasi pada wanita). Pada umumnya kita kenal dengan sebutan istilah KB steril. Sedangkan jenis KB non permanen adalah dengan pil, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), suntikan, dan norplant.
Alat kontrasepsi ini lebih mudah dikenal dengan istilah KB, Padahal KB maksudnya adalah Keluarga Berencana. Tetapi masyarakat biasanya akan menanyakan "Pakai KB apa", bukan "Pakai alat kontrasepsi apa". Itu karena kebiasaan atau faktor budaya saja. Semuanya ini adalah maksudnya mengenai alat, obat, metode kontrasepsi yang dipergunakan baik pada laki-laki atau pun pada perempuan. Bisa disebut alat KB, Obat KB, jenis KB dan seterusnya.

Berikut beberapa macam alat kontrasepsi yang sering digunakan dalam masyarakat kita
  1. Kondom
    Kondom ini adalah alat pencegah kehamilan yang sudah cukup popular bahkan dijual bebas di toko apotik. Kondom ini bahkan menjadi kampanye kondom kontroversial yang pernah diutarakan oleh Menteri Kesehatan. Kondom adalah suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak berpori, dipakai untuk menutupi zakar yang berdiri (tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina. Kondom sudah dibuktikan dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat mencegah penularan penyakit seksual, termasuk adalah penyakit HIV/AIDS.

  1. Obat Pil KB.
Pil KB adalah salah satu mencegah terjadinya kehamilan. Pil KB ini diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera setelah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu yang tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yang lain.

  1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
Biasa kita kenal dengan IUD (Intra Uterine Device). Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar produksi air susu ibu (ASI). Namun, ada wanita yang ternyata belum dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini. Karena itu, setiap calon pemakai IUD ini perlu memperoleh informasi yang lengkap tentang seluk-beluk jenis alat kontrasepsi yang satu ini.

  1. Injeksi (Suntik KB).
Metoda alat kontrasepsi suntikan ini adalah merupakan bagian dari obat pencegah kehamilan yang penggunaannya dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur. Obat ini berisi Depo Medorxi Progesterone Acetate (DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot (intra muskuler) di pantat (gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan (deltoid). Dan ini masuk dalam jenis alat kontrasepsi yang juga biasa dipergunakan.

  1. Norplant (Susuk).
Norplant sama artinya dengan implant. Susuk atau implant ini adalah merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang bisa digunakan untuk waktu 5 tahun. Norplant biasanya dipasang di bawah kulit, di atas daging pada lengan atas wanita. Alat tersebut terdiri dari enam kapsul lentur seukuran korek api yang terbuat dari bahan karet silastik. Masing-masing kapsul mengandung progestin levonogestrel sintetis yang juga terkandung dalam beberapa jenis pil KB. Hormon ini lepas secara perlahan-lahan melalui dinding kapsul sampai kapsul diambil dari lengan pemakai. Kapsul-kapsul ini bisa terasa dan kadangkala terlihat seperti benjolan atau garis-garis. ( The Boston’s Book Collective, The Our Bodies, Ourselves, 1992)

  1. IUD
Adalah alat kontrasepsi jangka panjang yang bisa digunakan untuk jangka waktu 10 tahun yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang dalam uterus.

  1. Tubektomi (Sterilisasi Wanita)
Alat kontrasepsi yang dilakukan dengan cara eksisi atau menghambat tuba fallopi yang membawa ovum dari ovarium ke uterus dengan cara melakukan pemotongan atau pengikatan dengan teknik yang disebut kauter, atau dengan pemasangan klep atau cincin silastik. Kontrasepsi ini merupakan satu-satunya kontrasepsi wanita yang bersifat permanen.

  1. Vasektomi (Sterilisasi Pria)
Adalah pemotongan atau penyumbatan vas deferens untuk mencegah lewatnya sperma.

2.3       Kontrasepsi Suntikan
Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan sepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan sepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan sel telur dengan sel sperma (Suratun dkk,2008)               
Suntikan Progestin pertama ditemukan pada awal tahun 1950-an, yang pada mulanya digunakan untuk pengobatan endometriosis dan kanker endometrium (carcinoma endometri).Baru pada awal tahun 1960 uji klinis penggunaan suntikan progestin untuk keperluan kontrasepsi dilakukan. Ada beberapa preparat progestin yang pernah dicoba sebagai bahan kontrasepsi, tetap pada saat ini hanya ada dua jenis suntikan progestin yang banyak dipakai, yakni Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA) dan Noretisterone enantat (NET-EN) DMPA telah beredar di lebih dari 90 negara, meskipun FDA (Food and Drug Administration, semacam POM nya di Amerika Serikat), baru menerimanya pada awal tahun 1990an dan Noristeron Enantatpada saat ini telah digunakan disekurang-kurangnya di 40 negara. Meskipun kontroversi tentang keamanan penggunaan DMPA pernah merebak di awal tahun 1980an, tetapi sampai sekarang tidak terdapat bukti bahwa DMPA mempunyai resiko efek samping yang lebih besar dibandingkan kontrasepsi hormonal lainnya.Yang jelas, dengan tidak terdapatnya estrogen pada jenis kontrasepsi ini efek samping yang biasanya muncul karena pengaruh estrogen tidak ada (Siswosudarmo dkk, 2007).
Saat ini ada dua bentuk kontrasepsi suntikan progestin. Kedua bentuk kontrasepsi ini memiliki kandungan zat kimiawi yang berbeda. DMPA (Depo Medroxy Progesterone Asetat) atau Depo provera, merupakan suspensi cairan yang mengandung kristal-kristal mikroDepo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA), DMPA merupakan turunan progesterone. Dosis yang diberikan mendapatkan manfaat kontrasepsi ini ialah 150 mg/mL, yang disuntikan secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu.DMPA merupakan suatu progestin yang mekanisme kerjanya bertujuan menghambat sekresi hormon pemicu folikel (FSH) dan LH serta lonjakan LH. Suntikan DMPA akan efektif selama 14 minggu, dengan 2 minggu periode kelonggaran bila suntikan berikutnya tidak dapat diberikan tepat 12 minggu (3 bulan)kemudian.Depo provera merupakan salah satu kontrasepsi yang sangat efektif.DMPA merupakan alternative yang baik bagi wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang yang sangat efektif dan memiliki masalah kesehatan yang merupakan kontra indikasi penggunaan metode kontrasepsi apapun yang mengandung estrogen (Varney, dkk 2007).
                        
Mekanisme kerja kontrasepsi suntikan Depo Provera Medroxy Progesterone (DMPA), dosis yang lazim dipakai adalah 150 mg diberi secara suntikan intra muscular setiap 3 bulan. Setelah suntikan pertama kadar DMPA dalam darah mencapai puncak setelah 10 hari. Setelah itu kadar dalam darah perlahan-perlahan menurun, dan masih dapat terdeteksi setelah 200 hari. Dengan demikian, DMPA dapat memberikan perlindungan yang aman selama 3 bulan bahkan beberapa minggu sesudahnya.Cara kerja DMPA terutama menekan ovulasi, di samping mengentalkan lender serviks, menganggu motilitas tuba dan mempengaruhi perubahan endometrium. Endometrium menjadi tipis, atropik dengan kelenjar yang inaktif (Siswosudarmo, dkk 2007).
Cara menggunakan kontrasepsi Depo Provera (DMPA), harus diberikan dalam lima hari pertama masa menstruasi dan tidak dibutuhkan kontrasepsi tambahan. Setelah itu semua suntikan harus diberikan setiap 12 minggu.Depo Provera (DMPA) dapat diberikan melalui suntikan intra muscular (Everett, 2008).

2.4     Efek Samping
1.      Gangguan Haid
Keluhan terbanyak para pemakai KB suntik adalah gangguan perdarahan.Hampir 40% kasus mengeluh ganguan haid sampai akhir tahun pertama suntikan DMPA. Perdarahan bercak merupakan keluhan terbanyak, yang akan menurun dengan makin lamanya pemakaian, tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami pendarahan makin banyak dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2007).
Terdapat beberapa istilah gangguan Haid, Amenorea adalah tidak datangnya haid selama akseptor mengikuti suntikan KB selama 3 bulan berturut-turut atau lebih. Spooting adalah bercak-bercak perdarahan di luar haid yang terjadi selama akseptor mengikuti KB suntik.Metrorhagie adalah perdarahan yang berlebihan di luar siklus haid. Menometorhagie adalah datangnya haid yang berlebihan jumlahnya tetapi masih dalam siklus haid, semua keluhan ini dapat terjadi selama menjadi akseptor suntik KB (Suratun, 2008)
Gangguan pola haid amenorrea disebabkan karena terjadinya atrofi endometrium yaitu kadar estrogen turun dan progesteron meningkat sehingga tidak menimbulkan efek yang berlekuk – lekuk di endometrium (Wiknjosastro, 2005), gangguan pola haid spotting disebabkan karena menurunnya hormon estrogen dan kelainan atau terjadinya gangguan hormon (Hartanto, 2005), gangguan pola haid metroraghia disebabkan oleh kadar hormon estrogen dan progesteron yang tidak sesuai dengan kondisi dinding uterus (endometrium) untuk mengatur volume darah menstruasi dan dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau kelainan fungsional, gangguan pola haid menorragia disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron sehingga menimbulkan endometrium menghasilkan volume yang lebih banyak (Suratun, 2008).
Penatalaksanaan untuk amenorea, yakinkan ibu bahwa hal itu adalah bisa, bukan merupakan efek samping yang serius, evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi amenorea setelah masa siklus haid yang teratur. Jika tidak ditemui masalah, jangan berupaya untuk merangsang pendarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi (Handayani, 2010).
Perdarahan ringan atau spooting, sering terjadi dan tidak berbahaya.Bila spooting terus berlanjut, atau haid telah berhenti tetapi kemudian terjadi perdarahan, maka perlu di cari penyebab perdarahan tersebut kemudian di lakukan penanganan yang tepat. Bila penyebab perdarahan tidak diketahui dengan jelas, Tanya klien apakah masing ingin melanjutkan suntikan. Bila tidak ganti dengan jenis kontrasepsi lain. Bila perdarahan banyak atau lebih dari 8 hari, atau 2 kali lebih banyak dari perdarahan dalam siklus haid yang normal, jelaskan kepada klien bahwa haid yang normal, jelaskan kepada klien bahwa hal itu biasa terjadi pada bulan pertama suntikan. Bila klien tidak dapat menerima keadaan tersebut, atau perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien, suntikan dihentikan. Ganti metode kontrasepsi lain. Untuk mencegah anemia pada klien, perlu di berikan preparat besi dan anjurkan agar mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi (Pinem, 2009).

2.      Perubahan Berat badan
Berat badan bertambah atau turun beberapa kilogram dalam beberapa bulan setelah pemakaian suntikan KB (Suratun, 2008). Perubahan BB kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak banyak yang bertumpuk di bawah kulit dan bukan merupakan karena retensi (penimbunan) cairan tubuh, selain itu juga DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang dapat menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah (Hanafi, 2005).
Efek samping utama yang lain bagi beberapa waktu ialah kenaikan berat badan. Bukti kenaikan berat badan selama penggunaan DMPA masih perdebatan. Sebuah penelitian melaporkan kenaikan berat badan lebih dari 2,3 kg pada tahun pertama dan selanjutnya meningkat secara bertahap sehingga mencapai 7,5 kg selama 6 tahun. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada masalah berkaitan dengan berat badan. Seorang wanita yang mulai menggunakan Depo Provera harus mendapat saran tentang kemungkinan peningkatan berat badan dan mendapat konseling tentang penatalaksanaan berat badan sesuai dengan gaya hidup sehat (Varney, 2006).
Penanggulanganya, jelaskan kepada akseptor bahwa kenaikan penurunan BB adalah efek samping dari pemakaian suntikan, akan tetapi tidak selalu perubahan berat tersebut diakibatkan dari pemakaian suntikan KB. Kenaikan dapat disebabkan oleh hal-hal lain, namun dapat pula terjadi penurunan BB. Hal ini pun tidaklah selalu disebabkan oleh suntikan KB dan perlu diteliti lebih seksama.Pengaturan diet merupakan pilihan yang utama.Dianjurkan untuk melaksanakan diet rendah kalori disertai olahraga seperti olah raga yang teratur dan sebagainya. Bila terlalu kurus dianjurkan untuk diet tinggi kalori, bila tidak berhasil, dianjurkan untuk ganti cara ke kontrasepsi non hormonal (Suratun, 2008).

3.      Pusing dan Sakit Kepala
Rasa berputar/sakit di kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi atau kedua sisi atau seluruh bagian kepala biasanya bersifat sementara.pusing dan sakit kepala disebabkan karena reaksi tubuh terhadap progestreon sehingga hormon estrogen fluktuatif (mengalami penekanan) dan progesteron dapat mengikat air sehingga sel – sel di dalam tubuh mengalami perubahan sehingga terjadi penekanan pada syaraf otak (Suratun, 2008).
Hingga saat ini belum ada penelitian yang menyebutkan bahwa dengan pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan akan menyebabkan perasaan sakit kepala atau pusing yang menetap. Penelitian yang dilakukan oleh Chrad (2005) menyebutkan bahwa sakit kepala yang dirasakan oleh pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan kemungkinan disebabkan oleh penyakit bawaan yang pernah akseptor derita seperti migrain. Seorang wanita yang mulai menggunakan Depo Provera harus mendapat saran tentang kemungkinan sakit kepala (Varney, 2007).
Penanggulanganya, jelaskan secara jujur kepada calon akseptor bahwa kemungkinan tersebut mungkin ada, tetapi jarang terjadi. Biasanya bersifat sementara. Pemberian anti prostaglandin atau obat mengurangi keluhan misalnya asetol 500mg 3x1 tablet/hari atau paracetamol 500mg 3x1. Bila tidak ada perubahan ganti dengan cara kontrasepsi non hormonal (Suratun, 2008). Penanganan lain yang dapat dilakukan yaitu melakukan penilaian berupa periksa tekanan darah, bila perlu lakukan pemeriksaan neurologis yang lengkap, anamnese meliputi pertanyaan tentang berat ringannya sakit kepala, lamanya stress, lokasi sakitnya, hubungan dari sakit kepala dengan minum pil oral, adakah riwayat keluarga dengan migrain. Dan bila sakit kepalanya jelas disebabkan oleh kontrasepsi suntik 3 bualn, hentikan kontrasepsi suntik 3 bulan/ganti preparer lain yang aktifitasnya estrogen dan progesteron lebih rendah, sakit kepala pada akseptor kontrasepsi suntik harus ditanggapi dengan serius karena dapat merupakan tanda bahaya utama yang mendahului CFA.

4.      Keputihan
Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang senggama dan terasa mengganggu. Ini jarang terjadi pada peserta suntik, tidak berbahaya kecuali bila berbau, panas, atau terasa gatal sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih lengkap untuk mengetahui adanya infeksi, jamur, atau candida. Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur atau juga parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil.
Gejala keputihan antara lain keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental, dan kadang-kadang berbusa. Mungkin gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid pada wanita tertentu.
Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya. Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi, atau alat kelamin luar.
Penanggulanganya, jelaskan bahwa peserta suntik jarang terjadi keputihan. Apabila hal ini terjadi juga harus di cari penyebabnya dan diberikan pengobatannya. Konseliang sebaiknya dilakukan sebelum peserta ikut KB suntik. Anjurkan untuk menjaga kebersihan alat genetalia dan pakaian dalam agar tetap bersih dan kering. Bila keputihan sangat menganggu sebaiknya di rujuk untuk mendapatkan pengobatan yang tepat (Suratun, 2008)

2.5 Tanda–tanda yang harus diwaspadai
Tanda – tanda yang harus diwaspadai dalam pemakaian DMPA adalah perdarahan berat yang dua kali lebih panjang dari masa haid atau dua kali lebih banyak dalam satu periode masa haid, sakit kepala yang berulang dan berat atau kaburnya penglihatan, nyeri abdomen sebelah bawah yang berat dan buang air kecil yang berulang kali (Depkes RI, 2001). Abses atau perdarahan tempat injeksi dan kanker merupakan komplikasi yang mungkin terjadi pada akseptor KB suntik DMPA (Varney, 2007).

2.6 Waktu Pemberian Suntikan DMPA
Waktu pemberian suntik DMPA dibagi menjadi empat, yaitu setelah menstruasi dalam lima hari atau setiap waktu selama siklus wanita, setelah aborsi dalam waktu lima hari setelah dilakukan aborsi, setelah melahirkan (tidak menyusui) dilakukan setelah melahirkan atau tiga minggu pasca partum kecuali pada wanita yang memiliki riwayat pasca partum, setelah melahirkan (menyusui) dilakukan segera atau setelah melahirkan atau enam minggu pasca persalinan (Varney,2007).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

  1. Kontrasepsi ialah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
  2. Jenis kontrasepsi suntik kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin ada dua macam yaitu: depo medroksiprogesteron asetat (DMPA) dan depo noretisteron enantat (Depo Noristerat).
  3. Mekanisme kerja dari kontrasepsi suntikan progesterone dibagi dua, yaitu: primer dan sekunder.
  4. Depo Medroxy Progesterone Asetat sangat efektif sebagai metode kontrasepsi namun memilki fek samping yang membahayakan.

3.2     Saran
Keluarga berencana adalah salah satu cara yang dapat dilakukan oleh semua pasangan yang menginginkan agar tidak terlalu banyak anak. Namun dalam memilih alat kontrasepsi terkadang akseptor keluarga berencana yang baru merasa kesulitan dan kebingunan dalam memilih alat kontrasepsi yang akan mereka gunakan. Oleh karena itu, peran serta semua pihak sangat diperlukan dalam ikut mensukseskan gerakan keluarga berencana tersebut dan peran serta penyuluh kesehatan sangat diperlukan sekali guna peningkatan pemahanan dan pengetahuan masyarakat mengenai alat kontrasepsi, baik itu sisi positif maupun sisi negatif dari setiap jenis alat kontrasepsi.


DAFTAR PUSTAKA


Dunia Pintar dan Cemerlang . (2012, 5 Januari). Makalah : KB . http://duniapintardancemerlang.blogspot.com/2012/01/makalah-kb-dmpa.html

 

Sweety, Asti. (2013, 3 Februari ). KB DMPA. http://astrysweety.blogspot.com/2013/02/kb-dmpa.html

 

Gudang KTI Bidan. 29 Oktober 2009. Depo Medroxyprogesteron asetat (DMPA ). http://d3kebidanan.blogspot.com/2009/10/depo-medroxyprogesteron-asetat-dmpa.html

 


Tidak ada komentar: